Pemberitaan di Indonesia Cukup Memprihatinkan
Pemberitaan tentang kasus yang melibatkan Ariel - Luna - Cut Tary (A-L-CT) menjadi sangat heboh baru-baru ini. Ya, tak kalah hebohnya dengan kasus teror bom yang didalangi oleh Noordin M. Top.
Betapa tidak, seluruh media massa baik cetak maupun elektronik tidak mau kalah untuk berlomba-lomba memberitakan kasus A-L-CT. Mengapa memprihatinkan?
Jawabannya adalah karena pemberitaan seperti itu mudah sekali untuk diserap otak orang dewasa maupun anak-anak. Anak-anak pun bisa menjadikan kasus A-L-CT sebagai bahan pembicaraan di rumah, lingkungan, dan di sekolah. Seakan akan mereka sangat mengerti tentang hal negatif tersebut. Bahayanya lagi, banyak anak di bawah umur yang ingin menyaksikan langsung rekaman tersebut via internet maupun via mobile yang sudah canggih. Secara psikologi, anak yang masih memiliki rasa ingin tau
yang tinggi bisa saja mencari lagi video yang lain.
Pertanyaannya adalah :Tidakkah ada yang lebih bermutu daripada pemberitaan tentang kasus asusila tersebut? Saya suka risih sendiri jika saya mendengar berita itu di televisi. Apalagi program televisi yang bukan infotaiment maupun news pun ikut pula menyinggung-nyinggung tentang kasus tersebut. Coba saja perhatikan bila ada artis yang menyebut 'video' atau 'durasi 8 menit, 12 menit' dan sebagainya sebagai bahan candaan. Memang lucu, namun Pastinya hal tersebut membuat pemirsa memiliki persepsi masing masing yang menjurus ke persepsi negatif.
Semakin hebohnya sebuah berita, semakin besar pula rasa penasaran dari penikmat berita.
Maka saya berharap, semoga para penyaji berita baik itu news maupun infotaiment lebih arif dalam menyajikan berita. Hentikan saja berita tentang hal negatif yang mengarah ke kasus pornografi. Biarkan kasus ini dituntaskan oleh pihak yang berwajib. Bila ingin diberitakan, beritakan seperlunya. Tidak usah berlebihan ataupun Lebay dalam memberitakannya. Banyak berita yang lebih bermutu daripada video video dan video. Lebih baik berinovasi untuk menyajikan berita IPTEK untuk membangun bangsa daripada memberitakan keburukan orang lain. Mohon maaf jika ada salah kata atau menyinggung.
Jawabannya adalah karena pemberitaan seperti itu mudah sekali untuk diserap otak orang dewasa maupun anak-anak. Anak-anak pun bisa menjadikan kasus A-L-CT sebagai bahan pembicaraan di rumah, lingkungan, dan di sekolah. Seakan akan mereka sangat mengerti tentang hal negatif tersebut. Bahayanya lagi, banyak anak di bawah umur yang ingin menyaksikan langsung rekaman tersebut via internet maupun via mobile yang sudah canggih. Secara psikologi, anak yang masih memiliki rasa ingin tau
yang tinggi bisa saja mencari lagi video yang lain.
Pertanyaannya adalah :Tidakkah ada yang lebih bermutu daripada pemberitaan tentang kasus asusila tersebut? Saya suka risih sendiri jika saya mendengar berita itu di televisi. Apalagi program televisi yang bukan infotaiment maupun news pun ikut pula menyinggung-nyinggung tentang kasus tersebut. Coba saja perhatikan bila ada artis yang menyebut 'video' atau 'durasi 8 menit, 12 menit' dan sebagainya sebagai bahan candaan. Memang lucu, namun Pastinya hal tersebut membuat pemirsa memiliki persepsi masing masing yang menjurus ke persepsi negatif.
Semakin hebohnya sebuah berita, semakin besar pula rasa penasaran dari penikmat berita.
Maka saya berharap, semoga para penyaji berita baik itu news maupun infotaiment lebih arif dalam menyajikan berita. Hentikan saja berita tentang hal negatif yang mengarah ke kasus pornografi. Biarkan kasus ini dituntaskan oleh pihak yang berwajib. Bila ingin diberitakan, beritakan seperlunya. Tidak usah berlebihan ataupun Lebay dalam memberitakannya. Banyak berita yang lebih bermutu daripada video video dan video. Lebih baik berinovasi untuk menyajikan berita IPTEK untuk membangun bangsa daripada memberitakan keburukan orang lain. Mohon maaf jika ada salah kata atau menyinggung.
0 Comment :