Makalah Peranan Teknologi Komunikasi dan Informasi pada Bidang Pertanian di Negara Jepang
Berikut adalah contoh makalah Pengantar Teknologi Komunikasi dan Informatika yang saya buat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki abad digital ini, inovasi – inovasi di dunia komunikasi, telekomunikasi, elektronika, komputer dan sebagainya berkembang pesat. Hal ini mengakibatkan tuntutan pengetahuan, pemahaman, penggunaan dan pengembangan teknologi tersebut semakin tinggi. Perkembangan teknologi tersebut menjadi prospek di berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan manusia moderen.
Jepang sebagai negara penganut prinsip ‘Kaizen’ (tiru, pelajari, modifikasi) termasuk penyumbang terbesar di dunia untuk penyumbang inovasi teknologi. Siapa yang tidak mengenal ASIMO, NAO dan berbagai macam robot canggih lainnya? Semua lahir dari negara ini.
Meskipun teknologi canggih sudah menjalar ke seluruh sendi kehidupan orang-orang Jepang, namun jiwa mereka adalah jiwa leluhur. Sejak jaman leluhur mereka, Jepang merupakan negara agraris yang mengandalkan produk pertanian sebagai salah satu komoditinya. Dengan demikian, semestinya Jepang memiliki Sumber Daya Manusia yang cukup untuk mengelola bidang pertaniannya agar selalu unggul dari negara lain khususnya di Asia. Namun ternyata tidak demikian. Angka kelahiran di negara Jepang sangatlah kecil dan berbanding terbalik dengan angka kematiannya.
Dengan SDM yang sangat minim, maka para ahli di Jepang kembali berlomba-lomba untuk menggabungkan teknologi modern dan jiwa tradisionalnya. Mereka berusaha menciptakan suatu teknologi yang dapat membantu bahkan menggantikan pekerjaan para petani. Teknologi ini sudah dibuat dan sedang dalam proses pengembangan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan teknologi komunikasi dan informasi di negara Jepang khususnya pada bidang pertanian (agrikultural) serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Agrikultural Jepang
robot petani |
Jepang selalu merencanakan pertaniannya secara jangka panjang, mungkin yang paling terkenal dan terasa dampaknya sampai sekarang adalah kebijakan nasional tentang konsolidasi lahan (1961). Kebijakan ini pada intinya melokalisasi lahan pertanian yang tadinya terpisah-pisah dalam jumlah yang kecil sehingga kurang efesien menjadi lahan yang terlokalisasi pada satu daerah dengan pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalan, saluran irigasi dll secara terpusat. Selain itu, pemerintah Jepang memberi perhatian khusus terhadap sektor ini, seperti pendirian sejenis koperasi bernama Japan Agriculture Cooperative (JA Cooperative) yang secara baik mengatur pengadaan pupuk, benih, penjualan produk hasil pertaniaan hingga bimbingan teknis untuk anggota-anggotanya, memberikan subsidi untuk melindungi hak petani untuk hidup layak
2.2 Penerapan Teknologi Robot di Bidang Pertanian
Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya, Jepang merencanakan sistem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang dijalankan oleh robot, seperti traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen. Untuk menghalau hama jepang akan menggunakan teknologi lampu LED.
Mekanisme ini pertama kali diperkenalkan kepada pertanian padi di tahun 1800-an, meskipun dengan keberhasilan yang kecil. Robot yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Pusat Penelitian Pertanian Nasional Jepang dan organisasi riset bio-orientation merupakan robot yang bisa bekerja secara otomatis tanpa campur tangan manusia. Riset ini juga sering disebut Dream Project.
Para peneliti melakukan uji coba di Prefektur Saitama pada bulan April 2005 dimana robot menanam padi tanpa campur tangan manusia. Untuk mengakses bidang sawah, perangkat robot menggunakan sistem posisi global (GPS), yang juga digunakan dalam perangkat navigasi mobil. Sensor , kamera dan instrumen lainnya menghitung sudut dan arah gerakan mesin, yang dikendalikan komputer, sehingga robot memiliki pemahaman yang tepat tentang posisinya di sawah. Maka, kemungkinan robot traktor ini menggilas atau menginjak tanaman akan sangat kecil.
Robot ini diharapkan dapat menggunakan teknik baru yang disebut long-mat hidroponic. Dalam metode ini, bibit padi yang dimasukkan ke dalam tikar sekitar 6 meter panjang dan kemudian digulung diplanter dan menanamnya di sawah. Tikar ini cukup ringan, sehingga mudah untuk mengangkut bibit, dan bila planter butuh mengisi ulang bibit, hanya tinggal memotongnya dari gulungan besar tadi.
Robot dapat bergerak melintasi sawah dengan arah yang sangat tepat, dalam margin kesalahan sekitar 10 sentimeter, bahkan ketika tidak ada manusia atau operator untuk mengontrolnya. Mesin ini juga dapat melakukan Auto U-turn (berbelok) sendiri setelah mencapai tepi sawah untuk melanjutkan penanaman. Robot dapat menanam pada kecepatan 1.000 meter persegi setiap 20 menit tanpa harus mengisi ulang bibit.
Selain penanaman bibit, robot juga menggabungkan beberapa teknologi yang sesuai untuk melaksanakan berbagai tugas petani seperti panen otomatis dan penyemprotan pestisida. Untuk penyemprotan pestisida dengan menggunakan robot, pestisida tidak terbuang percuma karena penggunaan pestisida dikalkulasi secara tepat sesuai dengan luas sawah. Sedangkan untuk panen otomatis, robot dapat memanen berhektar – hektar sawah / ladang dalam waktu singkat.
2.3 Dampak Positif dan Negatif Penerapan Teknologi Robot di Bidang Pertanian
Penerapan teknologi ini tentunya akan menimbulkan dampak dan perubahan dalam kehidupan manusia modern. Dampak positif yang dapat terjadi dari penerapan teknologi robot di bidang pertanian adalah :
• Efisiensi waktu dan tenaga para petani
• Peningkatan produktifitas pada hasil pertanian
• Pengelolaan dan pengawasan terhadap lahan yang luas menjadi mudah
• Mengurangi kemungkinan human error karena keakuratan robot yang baik
• Meningkatkan minat generasi muda terhadap profesi petani
Selain dampak positif, dampak negatif yang dapat timbul dari penerapan teknologi ini adalah :
• Menurunnya kualitas hasil panen, dikarenakan robot belum mampu memilah hasil panen yang baik dan kurang baik
• Memerlukan biaya modal dan perawatan yang cukup besar
• Hilangnya budaya konvensional pertanian Jepang
BAB III
PENUTUP
3.1 KesimpulanJepang yang merupakan negara maju telah menerapkan teknologi informasi dan komunikasi hampir di segala bidang. Bidang pertanian adalah salah satu bidang yang mulai mendapat pengaruh dari TIK.
Cara bertani yang konvensional mulai diubah dengan cara bertani yang canggih. Dengan menggunakan robot, para petani yang kesulitan untuk mencari SDM sangat terbantu. Cukup satu orang petani atau operator, seluruh pekerjaan dan pengelolaan lahan pertanian yang luas dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini tentu dapat meningkatkan efektifitas kerja petani dan meningkatkan produktifitas. Dengan demikian maka keuntungan / pendapatan para petani dapat meningkat.
Ada pula dampak negatif yang akan ditimbulkan dari pergantian tenaga manusia ke tenaga mesin. Mulai dari biaya hingga menurunnya kualitas hasil panen. Walaupun demikian, dampak negatif yang akan ditimbulkan haruslah ditekan dan menjadi evaluasi bagi para ahli untuk menciptakan mekanisme yang lebih baik.
Dengan kondisi demikian, penulis berpendapat bahwa Indonesia yang juga merupakan negara agraris mungkin juga dapat menerapkan teknologi ini. Walaupun SDM di Indonesia sangat berlimpah, namun sangat jarang yang ingin menekuni atau bekeinginan berprofesi sebagai seorang petani. Prospek yang dijanjikan bidang pertanian sebenarnya sangat cerah asalkan dikelola dengan tepat. Penerapan teknologi komunikasi dan informasi di bidang pertanian juga dapat memberi kesempatan kerjasama antara insinyur informatika, insinyur mesin dan ahli agroteknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah , Pengantar Teknologi Informasi , Bandung, Penerbit Muara Indah, 2010
http://angin-nganjuk.blogspot.com/2012/09/bagaimana-jika-robot-menanam-padi
http://syamsulhuda-fst09.web.unair.ac.id
Peranan TIK
Tes
BalasHapusThanks bro
BOOKED
BalasHapus