Viviyona Apriani - Si Gadis Pemimpi yang Pantang Menyerah

[Review Oshi] 

Pertama kali saya tertarik pada sosoknya adalah ketika saya melihat video unit song Itosisha no Defense. Dan jujur, ketertarikan saya beralasan karena secara fisik ia memang sangat menarik. Wajahnya tidak memberi kesan kalau ia adalah orang Indonesia asli. Lebih seperti orang Jepang! Seketika itu pulalah saya berfikir, secara fisik, perempuan seperti dia layak ada di AKB48.

Viviyona Apriani atau kerap disapa Yona atau juga sering dipanggil kak Pipi oleh adik-adiknya di JKT48. Lahir pada 13 April 1994, sejak SD ternyata memang sudah menyukai budaya Jepang. Anime dan musik Jepang telah melekat dalam dirinya. Lah, pantas saja wajah dan gaya berpakaiannya pun juga ikut dipengaruhi oleh hobinya itu.

Sebelum menjadi senbatsu di Single Flying Get, Yona benar-benar undergirls tulen. Jarang sekali ia terilihat di garis depan. Jika ada perform di televisi, disorot kamera pun juga jarang.

Sebenarnya ia memiliki potensi besar untuk menjadi center. Secara usia, dialah yang paling dewasa dibanding teman-temannya. Apalagi secara fisik, menurut saya dapat disejajarkan dengan member AKB48.

Namun memang ada sifat yang membuat sosoknya belum se-superior Shinta Naomi maupun Cindy Yuvia, yaitu sifatnya yang pemalu. Yona sering mengakui bahwa dirinya sangat pemalu. Ia jarang mempromosikan dirinya untuk event apapun, malahan ia mempromosikan member lain.

Ajaibnya, walaupun pemalu, ia terus menanjak. Pelan tapi pasti, ia punya strategi lain dalam persaingan merebut hati para fans.

Dia memanfaatkan kedewasaanya. Ya, yang paling saya suka dari seorang Viviyona adalah sisi kedewasaannya. Bukan saja usianya yang dewasa, namun secara sikap ia memang terlihat dapat menempatkan dirinya dengan baik di depan orang banyak. Entah itu secara live perform maupun di media sosial.

Silent But Deadly

Kombinasi antara sifat pemalu dan dewasanya membuat Yona terkesan sangat berhati-hati dan cenderung kalem dalam bersikap. Memang ia tidak sehebat Jeje atau Sisil saat melawak, tidak se-nyablak Nabilah atau Uty saat bicara, tidak se-energik Kinal saat menari. Namun sifat kalem Yona inilah yang membuat Yona makin anggun di mata saya. Dia berbicara secukupnya dan sisanya ia tuturkan dengan bahasa tubuh.

Nyatanya, dia tidak perlu banyak menyampaikan pesan secara verbal untuk menarik perhatian fans. Pengalamannya sebagai seorang cosplayer membuat Yona tahu betul bagaimana mempercantik dirinya. Cara berpakaian, ekspresi wajah, gaya rambut dan wajahnya yang photogenik sudah cukup untuk memikat fans (termasuk saya). Faktor inilah yang mungkin juga berhasil mengantarnya terpilih menjadi pemenag dalam beberapa vote. Terpilihnya ia pada vote Kalender Senbatsu dan majalah HAI adalah bukti ketangkasannya dalam memikat para fans.

Kesuksesan Yona juga terlihat dengan jumlah folower twitternya yang terus meningkat. Saya perhatikan baru-baru ini followernya bertambah sekitar 500 orang per hari, menembus 200 ribu follower, 220 ribu, dan terus bertambah. Member team J saja tidak semuanya mampu menembus 200 ribu follower.

Yona jarang sekali update di sosial media. Tapi sekalinya update, dia biasanya mengupload/twitpic foto yang dapat menggoyahkan kesetiaan siapapun terhadap oshinya. Dan mungkin saya termasuk orang yang terseret dalam taktik Yona ini.

What Next?

Yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang dapat ia perbuat selanjutnya dengan potensinya ini. A dreamer but not a quitter Selalu menjadi cap akan dirinya yang merepresentasikan bahwa ia adalah pemimpi yang pantang menyerah. Dukungan yang terus mengalir kepada dirinya membuatnya menjadi member potensial untuk makin dikenal masyarakat luas. Dia bukan lagi undergirls, melainkan member senbatsu yang patut diperhitungkan.

Selanjutnya, kita tunggu saja!