Asal Mula / Sejarah Singkat Kampung Islam Kepaon
Konon, pada suatu ketika datanglah ke daerah Badung seorang ningrat keturunan raja Blambangan di Jawa Timur. Seorang ningrat yang datang ke Badung tersebut bernama Raden Mas Sostrodiningrat dan beliau sangat terkenal karena bijaksananya dan kesaktiannya. Setibanya di daerah Badung beliau diterima baik oleh raja Badung yang ketika itu berkuasa dan mempunyai hubungan yang sangat baik dengan raja dan rakyat Badung. Di daerah kerajaan Badung beliau sangat disegani dan banyak jasa-jasa beliau untuk kepentingan kerajaan Badung.
Karena jasanya inilah kemudian beliau dianugerahi putri raja untuk dipersunting sebagai istrinya yang sah. Putri raja Badung itu konon bernama Anak Agung Mas Manik Dewi. Karena beliau pemeluk agama Islam yang taat, maka pernikahannyapun harus didasarkan pula dengan agama. Raden Mas Sostrodiningrat beserta calon istrinya yang diikuti pula oleh beberapa rakyat Badung sebagai abdi dalem (pengiring) pulang ke Blambangan untuk melangsungkan upacara pernikahan menurut syariat Islam.
Konon, Anak Agung Mas Manik Dewi sebagai istri Raden Mas Sostrodiningrat kemudian memeluk agama Islam dan beberapa orang pengikutnya tanpa paksaan dan dengan kesadarannya sendiri mengikuti jejak Anak Agung Mas Manik Dewi memeluk agama Islam. Setelah upacara pernikahan selesai, Raden Mas Sostrodiningrat dan istrinya beserta pengikutnya kembali ke Badung.
Sekembalinya mereka ke daerah Badung, peperangan antara kerajaan Badung dengan kerajaan Mengwi sedang berkobar dengan dahsyatnya. Raden Mas Sostrodiningrat beserta pengikutnya langsung turun ke medan peperangan membantu raja Badung. Dalam peperangan itu Mengwi dapat ditaklukkan yang kemudian Mengwi menjadi daerah Badung.
Karena Raden Mas Sostrodiningrat beserta istri dan pengikutnya memeluk agama Islam, mereka dengan taat pula menjalankan perintah agamanya terutama bersembahyang menurut cara Islam. Hal inilah yang tidak dipahami oleh raja dan rakyat Badung, karena baru kali inilah mereka melihat cara orang Islam bersembahyang.
Pada suatu hari saat menjelang senja, raja Badung melihat Anak Agung Mas Manik Dewi sedang melakukan ibadah sembahyang Ashar. Menurut ajaran agama Islam, apabila wanita muslim sedang melaksanakan sembahyang mereka harus menutupi seluruh tubuhnya dengan pakaian yang serba putih, hanya mukanya saja yang kelihatan. Melihat hal yang demikian itu raja Badung menjadi curiga dan takut karena putrinya yang telah memeluk agama Islam sedang melakukan sembahyang itu dikira sedang menghidupkan ilmu hitam ( ngeleak ).
Raja dan rakyat Badung, lebih-lebih keluarga raja menjadi semakin cemas dan takut. Untuk menghilangkan rasa takut, pada suatu hari raja Badung memerintahkan pepatihnya untuk segera membunuh Anak Agung Mas Manik Dewi. Mengingat pepatihnya itu sangat taat dengan perintah rajanya, maka perintah rajanya itupun dilaksanakan dan tepat ketika Anak Agung Mas Manik Dewi melakukan sembahyang Ashar, beliau dibunuh dan seketika itu pula beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Pada saat pembunuhan itu berlangsung, konon keluarlah darah memancur tinggi dari luka akibat tusukan sebilah keris pada tubuh Anak Agung Mas Manik Dewi. Darah yang memancur tinggi itu kemudian jatuh pada suatu tempat di sebelah barat pusat pemerintahan raja Badung.
Menyaksikan kejadian tersebut, sebagai seorang suami yang sangat mencintai istrinya, Raden Mas Sostrodiningrat sangat bersedih karena istrinya meninggal terbunuh di ujung keris pepatih raja Badung. Karena bijaksananya Raden Mas Sostrodiningrat, dengan kejadian tersebut beliau tidak membalas dendam terhadap raja Badung dan menganggap kematian istrinya itu sebagai suatu takdir dari Yang Mahakuasa. Raden Mas Sostrodiningrat kemudian pindah ke daerah Ubung untuk menyendiri sampai beliau meninggal dunia di tempat tersebut. Raden Mas Sostrodiningrat dikuburkan di daerah Ubung yang selanjutnya kuburan itu dinamakan Kuburan Keramat Ubung.
Berselang beberapa bulan peristiwa pembunuhan dan penguburan Anak Agung Mas Manik Dewi, konon keluarga raja Badung tertimpa suatu musibah penyakit yang menyebabkan banyak dari keluarga Puri meninggal dunia. Musibah yang menimpa itu secara tiba-tiba dan sangat meresahkan raja dan rakyat Badung. Kemudian raja Badung berupaya mencari jalan untuk mengatasi musibah yang menimpa keluarga raja dengan mendatangkan seorang dukun sakti untuk meramalkan sebab-sebab keluarga raja tertimpa musibah seperti itu. Di dalam ramalan dukun sakti itu, diperoleh keterangan bahwa yang menyebabkan keluarga raja tertima musibah adalah karena telah membunuh orang yang sedang sembahyang dan sama sekali tidak berdosa. Setelah diingat-ingat oleh raja Badung, maka teringatlah beliau akan peristiwa pembunuhan terhadap putrinya sendiri yaitu Anak Agung Mas Manik Dewi.
Selanjutnya ditanyakan cara-cara untuk mengatasi musibah yang menimpa keluarga raja. Dalam ramalan dukun sakti tersebut ditunjukkanlah cara mengatasi musibah itu dengan jalan raja harus memindahkan kuburan putrinya ke tempat percikan darahnya pada saat beliau dibunuh, serta kuburannya yang baru nantinya harus disucikan oleh keluarga raja dan rakyat Badung. Akhirnya kuburan itu dipindahkan ke tempat tepat jatuhnya percikan darah ketika pembunuhan putrinya itu berlangsung. Kuburan yang baru didirikan itu dinamakan Kuburan Keramat Badung dan sampai sekarang terawat baik dan disucikan baik oleh keluarga Puri maupun oleh masyarakat Kampung Islam Kepaon yang terletak di areal kuburan Badung.
Dengan terjadinya peristiwa tragis tersebut, maka para pengikut Raden Mas Sostrodiningrat menjadi tak terurus. Raja Badung selanjutnya memberikan mereka tempat tinggal di daerah Munang Maning. Sejak raja Badung menempatkan mereka di daerah Munang Maning, keluarga raja kembali tertimpa musibah dan konon banyak juga keluarga raja meninggal dunia. Raja cepat-cepat kembali ke dukun sakti tersebut untuk meramalkan musibah itu. Raja memperoleh keterangan bahwa para pengikut yang beragama Islam itu tidak cocok ditempatkan di daerah Munang Maning.
Kemudian raja mengambil suatu keputusan untuk mencarikan daerah lain untuk tempat perpindahan para pengikut Raden Mas Sostrodiningrat itu. Akhirnya ditemukan tempat pemukiman baru yang juga daerah kekuasaan raja Badung yaitu daerah Kepaon. Para pengikut yang beragama Islam itu dipindahkan dari Munang Maning ke daerah Kepaon dan kemudian timbullah pemukiman baru yang dinamakan “ Kampung Islam Kepaon “.
Sumber tulisan : H. Padani
0 Comment :