MOVIE REVIEW - PAPER TOWNS (2015)
Ketika dihadapkan pada sebuah film yang diangkat dari sebuah novel, umumnya penonton yang sudah membaca novelnya akan membanding-bandingkannya. Namun review ini ditulis menurut pengalaman nonton saya yang belum pernah membaca novelnya. Jadi tidak ada kaitan dengan novel Paper Towns.
Margo (Cara Delevingne) adalah seorang gadis SMA yang selalu keluar dari zona nyamannya. Seorang gadis yang selalu ingin mencoba hal-hal baru yang terkadang ekstrim. Sedangkan Quentin adalah anak lelaki yang selalu hidup dalam rutinitas dan zona nyaman. Sejak kecil mereka bersahabat. Namun ketika Margo menghilang, Quentin (Nat Wolff) baru menyadari bahwa ia harus mencari Margo dengan menempuh perjalanan panjang, karena ia mencintainya.....
Cerita yang disajikan pada Paper Towns tidaklah rumit dan kompleks. Ceritanya sangat-sangat sederhana. Menurut saya film ini tetap masih layak dan menarik bagi kebanyakan orang untuk ditonton karena cukup ringan. Film ini juga memiliki alur yang kadang mudah ditebak namun kadang juga tidak mudah ditebak. Tetapi sayangnya film ini jauh dari sempurna.
Kekuatan film ini mungkin hanya terletak pada aktor muda Nat Wolff, aktor muda yang saya yakin banyak wanita yang ngefans akan ketampanan wajahnya dan senyumnya yang murah. Bukan hanya bicara fisik, namun kemampuan pemuda usia 20 tahun ini cukup nge-blend dengan filmnya.
Jadi, saya merasa banyak hal yang hilang di film ini. Entah karena versi film adalah potongan-potongan novelnya, atau memang inilah yang terbaik yang bisa disajikan oleh Jake Schreier sebagai sutradara.
Ekspektasi pada 20 menit awal saya rasa membuat film ini akan sebaik Flipped (2010) yang berdurasi singkat namun punya kekuatan pada story-telling nya. Namun penyajian Paper Towns cukup lemah pada bagian tengah film, terutama pada bagian tepat setelah Margo menghilang. Sehingga di bagian terakhir-pun tidak bisa membayar kelemahan itu. Jujur saja penyelesaian di bagian akhir juga sangat lemah. Ya, film ini powerful di bagian awal namun dari tengah film ke akhir, temponya melambat dan terus melambat. Namun tidak diimbangi dengan kualitas peran dan ceritanya.
Jika harus saya katakan, kekurangan peran khususnya adalah pada Cara Delevingne yang belum bisa mengimbangi Nat dalam memainkan karakter di film ini. Tokoh vital yang saya cap sebagai produk gagal. Entah karena karakter yang bias, porsinya yang sedikit, naskah yang lemah, atau memang Cara tidak cocok menjadi lawan main Nat. Saya malah lebih suka dengan karakter Lacey (Halston Sage), sahabat Margo yang malah terlihat lebih 'terkoneksi' alias lebih cocok dengan Quentine. Aneh bukan? :v
Nah iya, ini masalah koneksi. ada 3 pasangan karakter yang ceritanya saling memiliki rasa suka disini. Tapi tidak ada satupun yang bisa memperlihatkan 'koneksi' nya dengan baik. Apakah karena faktor latar cerita yang masih SMA (cinta monyet), atau memang kegagalan para pemain? Mungkin jawaban ada pada novelya :p
0 Comment :