[Review Film] ROOM (2015)
"Love Knows No Boundaries"
Tercatat sebagai salah satu nominasi Oscar , ROOM tentunya menjanjikan 'sesuatu' yang lain daripada yang lain. Benar saja, dari awal film ini sudah menyajikan sebuah prolog atau permulaan yang tidak biasa.
Menceritakan tentang seorang ibu dan seorang anak yang dikurung didalam sebuah ruangan selama bertahun-tahun. Di ruangan itu pulalah sang anak, Jack (Jacob Tremblay) tumbuh besar. Lalu sang ibu (Brie Larson), memutuskan bahwa ia ingin membesarkan Jack selayaknya kondisi normal supaya tetap bahagia dan tidak beranggapan bahwa mereka sesungguhnya dikurung. Mulai dari situ, Ma, panggilan ibu Jack memberikan pengertian dengan cara-cara yang unik tentang konsep manusia, hewan, bumi, dan alamnya.
Penonton diajak untuk menjadi seorang Jack yang memahami dunia dari sudut pandang berbeda, dari sebuah Ruangan. Terlihat sepele memang, apalagi dengan lingkup yang kecil. Namun justru inilah yang menyentuh hati saya. Sebuah momen-momen dilematis kadang dimunculkan. Juga dari dalam ruangan itulah yang menjadi panggung pertunjukan sebuah hubungan antara ibu dan anak yang sungguh terlihat alami. Sudah lama saya tidak dibuat teharu oleh sebuah film dan akhirnya baru-baru ini film Room-lah yang berhasil.
Momen yang paling menggetarkan hati adalah ketika Jack berteriak "Ma, I'm in the World!", sebuah kalimat sederhana memang. Tapi saat anda menonton film ini anda akan sadar bahwa kalimat itu sesungguhnya merupakan kalimat yang sangat dalam. Ada juga beberapa momen kepolosan Jack, kata-kata yang keluar, pertanyaan yang terlontar dari mulut Jack membuat sang Mama harus sabar, memutar otak dan menggunakan nurani keibuannya untuk menanggapi Jack. Dan terkadang ada narasi, momen ataupun dialog yang seakan menjadi sebuah instrospeksi diri bagi kita yang tinggal di "dunia".
Lalu luar biasanya lagi selain Brie Larson yang memberikan aksi terbaiknya, adalah ketika Jacob, seorang aktor kecil yang masih anak-anak ini sungguh-sungguh bisa memberikan 'nyawa' di film ini. Kepolosannya terlihat sangat alami dan dilihat darimana pun seperti tidak dibuat-buat. Padahal usianya masih anak-anak (9 tahun) tapi performanya apik dan bahkan sepanjang film dialah yang memegang peranan penting. Tentunya ini tidak lepas dari kepiawaian serta arahan sang sutradara Lenny Abrahamson yang membuat kedua tokoh utama saling menguatkan.
Film ini juga didasarkan dari sebuah novel berjudul sama karya Emma Donoghue. Emma juga menjadi penulis untuk film ini. Jadi jangan heran jika kekuatan naskah yang diperlihatkan nyaris sempurna.
Highly Recommended !
0 Comment :