[Review] Stranger Things - Season 1
Friends don't lie
Dirilis di Netflix pada pertengahan Juli lalu, Stranger Things menjadi viral ketika dianggap berhasil dalam merepresentasikan kembali gaya film horor tahun 80 an.
Disutradarai oleh dua bersaudara Duffer, Matt dan Ross Duffer, season 1 yang terdiri dari delapan episode Stranger Things berjalan perlahan namun pasti, menguak "Sesuatu yang Asing" di sebuah kota kecil Hawkins, Indiana. Dimulai dari peristiwa hilangnya Will Byers (Noah Schnapp) secara misterius pada 6 November 1983 yang membuat sang Ibu, Joyce Byers (Winona Ryder) panik bukan kepalang. Pencarian dan penyelidikan atas hilangnya Will dipimpin oleh Jim Hopper (David Harbour) seorang kepala Polisi setempat yang berdedikasi penuh terhadap kasus ini. Bukan hanya polisi, teman-teman Will yaitu Dustin, Mike dan Lucas yang punya cara sendiri untuk mencari Will.
Pencarian yang didasari rasa kekhawatiran, penuh dengan misteri dan keanehan membuat kisah mereka makin mencekam. Hingga suatu ketika ditengah pencarian mereka malah menemukan seseorang anak dengan kemampuan khusus yang mungkin bisa menjadi kunci untuk mengembalikan Will ke keluarganya.
Untuk segi plotting, Stranger Things tidak hanya berfokus untuk menyajikan sebuah tontonan horror yang memacu adrenalin penonton melainkan juga pembentukan karakter, relasi antar karakter dan pembentukan atmosfir cerita yang dikemas secara durasi cukup tepat, ringan dan tertata rapih dan akhirnya membuat setiap episode makin menarik untuk diikuti. Selain daripada kebijakan Netflix sendiri, tidak terlalu banyaknya episode mengesankan bahwa Stranger Things juga tidak ingin bertele-tele dalam menghabiskan cerita.
Pada bahasan pemainnya, dua jempol saya acungkan jelas pada performa Winona Ryder yang bisa "menularkan" kepanikan seorang Ibu yang kehilangan anaknya kepada penonton. Kondisi seorang ibu yang ketakutan namun juga tetap berani karena naluri berhasil diperankan secara apik. Untuk Geng bocah, Dustin, Mike dan Lucas, bumbu petualangan berbalut konflik (yang juga konflik bocah) dan pemecahan masalah yang terkadang nampak konyol namun sebenarnya serius akhirnya membuat web series ini lebih "ringan" untuk ditonton. Ditambah sentuhan kisah Nancy Wheeler (Natalia Dyer) dan para remaja yang menambah seri ini makin lengkap saja.
Setting klasik seperti beberapa ikonik scene The Evil Dead, atau poster The Thing yang dipampang tentunya makin kuat menghembuskan angin nostalgia para penikmat horror 80 an. Awalnya, saya masih merasa skeptis pada 2 episode pertama. Namun ketika konsep dan setting yang menunjukkan tanda-tanda parallel universe mulai berkembang di pertengahan episode, disitulah saya mulai kembali tertarik dalam seri horror-scifi ini. Sebagai permulaan, web series ini cukup menghibur dan tidak mengecewakan.
Review Sinopsis Bahasa Indonesia
0 Comment :